Jumat, 12 September 2008

produk unggulan kota blitar

Era otonomi daerah merupakan peluang yang cukup besar bagi pemerintah kota/kabupaten untuk mengembangkan perekonomian daerahnya sesuai potensi yang dimilikinya.

Kota Blitar merupakan wilayah terkecil kedua di Jawa Timur setelah kota Mojokerto dengan jarak 160 km sebelah selatan kota Surabaya. Dilihat dari kedudukan dan letak geografisnya, Kota Blitar tidak memiliki sumber daya alam yang berarti, karena seluruh wilayahnya adalah wilayah perkotaan, yang berupa permukiman, perdagangan, layanan publik, sawah pertanian, kebun campuran dan pekarangan. Oleh karena itu, sebagai penggerak ekonomi Kota Blitar mengandalkan potensi di luar sumber daya alam, yaitu sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Letaknya yang berada di tengah-tengah kabupaten Blitar yang merupakan pusat pemerintahan dan pendidikan memberikan keuntungan dari aktifitas ekonominya.

Di bidang ekonomi, kontribusi terbesar pada PDRB tahun 2003 adalah dari sektor perdagangan hotel dan restoran yaitu sebesar 20.44% disusul sektor jasa-jasa sebesar 17,33%, sedangkan sektor industri pengolahan hanya berkontribusi 13,41%. Produk yang ditetapkan menjadi produk unggulan di Kota Blitar adalah: Kayu Bubut (Kendang Sentul), Sambel Pecel, Wajik Kletik, Gula Kelapa, Belimbing dan Ikan Koi. Dalam tugas ini hanya dijelaskan salah satu produk unggulan kota Blitar yaitu produk Belimbing. Pada produk Belimbing, terkenal dengan merek Belimbing Karangsari yang penjualannya hingga ke luar daerah, tetapi persebaran unit usahanya tidak merata di semua wilayah yaitu terpusat di Kelurahan Karangsari. Belimbing Karangsari Merah itulah yang kini digadang-gadang oleh petani buah belimbing, karena dinilai telah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Dengan adanya tingkat permintaan akan Belimbing Karangsari Merah yang kian tinggi, saat ini pihak pengepul karangsari merah masih kelabakan untuk memenuhi permintaan pasar.

Permintaan akan produk Belimbing Karangsari masih belum bisa terpenuhi, dari permintaan sebanyak 12-13 ton per minggu, hanya bisa terpenuhi 5-6 ton saja. Untuk memenuhi pasar tersebut, diperlukan kesiapan dengan ribuan bibit buah karangsari merah dan terus melakukan pendekatan kesejumlah petani buah ke luar kota. Jika musim panen raya tiba, produk Belimbing Karangsari kadang terjadi surplus, kalau sudah terjadi seperti itu tidak ada cara lain kecuali dilempar ke pasar-pasar tradisional atau dijadikan bahan baku untuk pembuatan sirup dan jenang dodol yang saat ini sudah banyak dijumpai dipasaran. Produk home industri itu juga banyak diminati oleh pasar, jadi ini tantangan juga bagi pengusaha barang olahan dari bahan baku buah karangsari merah.

Pengembangan strategi pemasaran yang akan digunakan dalam penjualan produk Belimbing Karangsari Merah terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan ukuran, struktur dan perilaku pasar sasaran, rencana penentuan posisi produk, serta penjualan, pangsa pasar, dan laba yang diinginkan dalam beberapa tahun pertama. Pasar sasaran untuk Belimbing Karangsari Merah adalah para wisatawan yang bekunjung ke Makam Bung Karno serta khalayak umum yang ingin mencicipi kesegaran Belimbing Karangsari Merah. Produk tersebut akan dijual dengan harga yang cukup terjangkau diberi kemasan tersendiri yang lebih menarik. Di tahun pertama akan ditargetkan sebesar 500.000 per kemasan dengan kerugian tidak lebih dari Rp1,3 juta. Tahun kedua direncanakan sebesar 700.000 per kemasan dengan perkiraan laba Rp2,5 juta.

Bagian kedua mengikhtisarkan rencana harga produk tersebut, strategi distribusi dan anggaran pemasaran untuk tahun pertama. Produk tersebut terdiri enam buah tiap kemasan dengan harga eceran Rp 2.400 per kemasan. Dalam tiap dus ada sekitar 10 kemasan dan harga tiap dus untuk distributor adalah Rp 24.000. pendistribusian produk tersebut akan dijual melalui door to door dan dijual disekitar daerah wisata. Anggaran iklan ditargetkan sebesar Rp 600.000 serta biaya riset untuk memperoleh informasi panel-pelanggan untuk memantau reaksi pasar dan tingkat pembelian sebesar Rp 100.000.

Bagian ketiga menjelaskan penjualan jangka panjang dan sasaran laba serta strategi bauran pemasaran selama jangka waktu tersebut. Produk ini ditargetkan dapat memenangkan 15% pangsa pasar dan memperoleh pengembalian investasi setelah pajak sebesar 10%. Untuk mencapai target tersebut kwalitas produk harus tinggi dan terus ditingkatkan melalui riset teknis. Biaya iklan akan dinaikkan sebesr 10% tiap tiap tahun guna menghadapi persaingan yang ketat serta akan menurunkan biaya riset pemasaran sebesar Rp 20.000 tiap tahun setelah tahun pertama.

Pengembangan strategi pemasaran yang akan digunakan oleh Pemerintah Kota Blitar dalam memasarkan Buah Belimbing Karangsari Merah yaitu mendukung sarana transportasi yang dapat mewujudkan sistem perdagangan barang dan jasa unggulan di Kota Blitar. Salah satunya terdapat di terminal kargo di Kelurahan Tlumpu Kecamatan Sukorejo yang bertujuan sebagai media yang mampu mengakomodasi kebutuhan Kota Blitar itu sendiri, juga kebutuhan daerah-daerah sekitarnya. Selain itu, juga terdapat Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) Kota Blitar merupakan sentral layanan informasi dan komunikasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan dan layanan informasi tentang pariwisata. Di dalam eksistensi dan pengembangannya, PIPP Kota Blitar menjadi sarana publikasi pariwisata dan potensi daerah secara bersama – sama antara Kota Blitar beserta daerah sekitarnya. Untuk menghilangkan pengambilan dan pencurian hak atas merek dagang dari produk unggulan antar daerah lain di Indonesia, Pemerintah Kota Blitar akan mempatenkan nama merek dagang produk Belimbing Karangsari Merah dengan membuat sertifikat hak atas merek dagang sebagai merek dagang produk unggulan asli Kota Blitar.

Untuk akses permodalan, para pengusaha tidak ada kesulitan dalam memperoleh akses permodalan, hanya dikeluhkan bunganya yang dianggap terlalu tinggi. Program permodalan dari pemerintah diberikan melalui kelompok-kelompok sampai menjadi koperasi dengan stimulus berupa program pinjaman modal tanggung renteng yaitu pinjaman modal untuk kelompok dengan anggota minimal 10 orang. Dengan adanya program-program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Blitar sebagai strategi pemasaran pada produk pertanian unggulan kota Blitar, khususnya pada produk Belimbing Karangsari, diharapkan permintaan akan produk Belimbing Karangsari yang semula masih belum bisa terpenuhi, dari permintaan sebanyak 12-13 ton per minggu, yang hanya bisa terpenuhi 5-6 ton saja, diharapkan dapat terpenuhi sebanyak 12-13 ton per minggu. Sehingga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah dan menyerap banyak tenaga kerja yang akhirnya dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Tidak ada komentar: